Dzikrul Maut dalam konteks keislaman berdzikrul
maut sejujurnya akan memberikan setiap diri suatu kekuatan yang luar
biasa sebagai penegur/pengingat dikala pikiran, hati, langkah kaki yang
terkadang sudah menjurus pada hal-hal yang menyesatkan, yang akan
menyadarkan setiap diri itu bahwa jalan yang akan atau sedang di tempuhnya
tersebut adalah sesat & salah yang akan berujung keneraka.
Jelas mengingat kematian dalam konteks
ini akan mengantarkan setiap jiwa pada kesadaran penuh,untuk lebih memikirkan
apa yang akan kita terima di akhirat kelak. Sebenarnya ini tidak terlalu klasik
untuk dibicarakan dan semestinyalah setiap pribadi khususnya pribadi muslim
secara sadar dan penuh kesungguhan serta penuh kehati-hatian,meluangkan
saat-saat tertentu untuk merenungkan perihal maut ini.
Hal ini bertujuan bukan untuk memupuskan
semangat hidup. Namun,ia di ingat agar ditengah segala kesibukan dan kelelahan
kita,kita tidak lelah dua kali lantaran salah meniti jalan hidup, bahkan
diantara kita sangat jarang sekali untuk menemukan tanda-tanda maut itu bakal
menjemput kita.
Suatu hari seperti di kutip oleh
Syaikh Abdurrahman As-Sinjari dalam Al-Buka Min Khasyatillah.
Nabi Yakub berdialog dengan Malaikat pencabut
nyawa, Aku inginkan sesuatu hal yang mau tidak mau harus
engkau penuhi sebagai tanda persaudaraan kita pinta Nabi Yakub,apakah itu tanya
Malaikat maut, jika ajalku telah dekat beritahulah aku,baik aku akan
memenuhinya wahai Nabi Allah sambil berucap, aku akan mengirim tidak hanya satu
utusan namun,akan mengirimnya sampai tiga bentuk utusan padamu. Setelah itu
kedua mahkluk Allah itu berpisah.
Hari berganti hari,minggu berganti bulan
bulanpun berganti tahun tidak terasa telah lama waktu berlalu hingga setelah
lama malaikat itu datang kembali.Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk
berziarah atau untuk mencabut nyawaku ?, tanya Nabi Yakub Aku datang untuk
mencabut nyawamu jawab Malaikat Maut, lalu mana ketiga utusanmu yang pernah kau
janjikan padaku ?, sudah duluan kukirim. Putihnya rambutmu setelah
hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah tegapnya dan membungkuknya tubuhmu setelah
kekarnya, itulah utusanku untuk seluruh anak keturunan Adam.
Dari dialog ringan namun sarat makna,
antara Nabi Yakub dan Malaikat pencabut nyawa di atas mengambarkan pada
setiap jiwa tentang sesuatu hal yang sangat penting yang kedatanganya sulit
untuk di prediksi dan di deteksi akal manusia dialah kematian dalam bahasa
Al Quranya kita kenal dengan maut.
Kematian tidak hanya milik orang tua
renta atau orang sakit saja ia akan datang menghampiri setiap yang hidup. "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati,dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah di sempurnakan pahalamu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan
dimasukan kedalam sorga sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak
lain adalah kesenangan yang memperdayakan". ( Qs Ali Imran-185).
Al Quran nul karim dan Hadis Raulullah
Saw sangat banyak berbicara tentang alam akherat atau alam barzah ini,kadang
kita di bawa kealam itu secara tiba-tiba. Hal ini bertujuan agar umat manusia
senantiasa sadar bahwa detik demi detik, hari demi hari serta keringat
demi keringat yang mengiringai kelemahan kita,hanya terbagi kedalan dua bagian.
Bagian dari tangga menuju Sorga atau bagian dari jalanan yang suram dan
licin menuju ke liang Neraka. Kematian adalah kepergian untuk
selama-lamanya sepanjang apapun umur kita,saat penting itu pasti akan datang,
berpulang menghadap Allah Swt, kematian itu adalah pemupus kesenangan dunia.
Hidup ini ibarat berhenti sejenak,sekedar
meminum seteguk dua teguk air pelepas dahaga yang lara. Maka,tak sepantasnyalah kita terlena
akan kelezatan dunia yang penuh tipu daya ini,apalagi sampai melupakan diri
kita akan datangnya saat-saat kematian (maut) itu.
Sangat bijaksana sekali kalau setiap diri
mau merenungkan hal ikhwal tentang maut ini. Tentang tahun-tahun yang telah
kita tinggalkan bagaimana kita mengisinya dan merencanakan hal-hal yang baik,
berguna dan bermanfaat ke depanya demi kepentingan dunia dan akhirat kita.
Sambil mencermati segala bentuk perubahan hidup,waktu pagi yang tiba-tiba
berganti siang,kondisi sehat yang tiba-tiba berubah sakit atau kondisi dunia
yang tahun demi tahun selalu lebih buruk dari tahun sebelumnya.
Begitu juga hal-hal yang dekat dengan
diri, rambut yang sudah mulai memutih,garis-gari wajah kita yang semakin
memperjelas kerutan-kerutanya,gigi yang sudah mulai rontok satu persatu dsb.
Selamilah dengan tulus keseluruhan akan diri pribadi kita guna menemukan
perubahan-perubahan yang akan menyadarkan bahwa umur kita semakin terus
berkurang dan semakin bertambah dekat dengan pintu kubur. Ini bukan mendahului
apa yang telah di takdirkan-Nya,tapi begitulah Al Quran menerangkan dengan baik
dan sempurna.
Kematian memang menyesakkan, meski hanya
sekedar untuk di perbincangkan, tetapi justru berdzikrul maut akan memberikan
warning yang sangat kuat dan akan meninggalkan bekas yang sangat mendalam dalam
setiap diri. Ia seperti obat bagi si sakit,atau suplemen bagi yang sehat.
Mengingat kematian akan memberikan manfaat yang cukup besar,tentu bila
dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh.
Berapa banyak orang-orang sukses
yang telah berhasil merengkuh apa yang di inginkanya di dunia ini dengan
berbagai macam cara dan metode berfikir yang rasional maupun irasional.
Namun, tidak terhitung pula jumlahnya yang telah lupa atau melupakan bahwa
sejatinya itu semua pemberian Allah. Tidak sedikit keberhasilan, kesuksesan
atau apalah namanya,membuat manusia sering lupa diri dan bangga yang
berlebih-lebihan (ujub) hingga akhirnya berlaku sombong, takabur, suka
berprilaku sewenang-wenang.
Begitu juga yang namanya kegagalan
seringkali orang tidak bisa menerimanya dengan benar. Padahal dimensi
tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak
kita,kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda begitu kata orang bijak.
Berfirman Allah dalam Qs Al Hadiid-23 (Kami jelaskan yang semua itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa-apa yang di berikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong,takabur dan membanggakan diri.
Kesombongan, takabur, ujub dan lupa diri
bukanlah tabiat asli dari mukmin yang sesungguhnya.Umat-umat terdahulu di binasakan Allah
kebanyakan menyimpan sifat-sifat tercela ini, dimana mereka sangat mengingkari
petunjuk Allah Yang di turukan pada mereka melalui para Nabi sebagai utusan
Allah. Sehingga kebanyakan dari mereka terlalu hanyut dengan arus dunia yang
begitu kuat ini.
Di zaman sekarangpun realita itu sudah
semakin memperlihatkan taringnya masing-masing,hilangnya rasa persaudaraan,saling
merusak, membunuh saling menuding,hasad,iri dan saling mendengki dan lain
sebagainya, semakin hari semakin terasa mencemaskan kita moral anak negeri
ini sedang dilanda krisis seiring krisis multidimensi yang sampai tulisan
ini di luncurkan belum juga menampakan titik terangnya. Sehingga akan berimbas
pada akhlak islam yang semakin hari semakin sulit dalam perealisasianya.
Maka, mengingat kematian dengan
petunjuk yang benar merupakan obat yang paling ampuh dan mujarab untuk menyembuhkanya.Dzikrul
maut, adalah sesuatu yang perlu,guna menumbuhkan daya dorong dalam setiap jiwa
untuk terus mengejar dan menaiki tangga-tangga ketaqwaan, memperbanyak amal
dengan tidak megesampingkan dunia dalam berkarya dan berbuat untuk nilai-nilai
kemanusiaan dengan penuh rasa sabar & optimistis. Dalam pranata
islam,sesuatu itu di terima Allah sebagai kebaikan / amaliah bila dilakukan
dengan ikhlas serta sesuai dengan syareat yang telah di tetapkan Allah dan
Rasul-Nya.
Setiap manusia, pasti mengharapkan
perjumpaan dengan Allah Swt dengan akhir hidup yang baik (Khusnul Khatimah).
Namun,keinginan itu terkadang bertolak belakang dengan apa-apa yang kita
kerjakan di atas dunia ini. Kita mengakui bahwa syaitan dan Iblis adalah
musuh terbesar manusia muslim sejak dari dulunya, anehnya setiap tingkah
laku kita terkadang justru menyeret kita kelembah kenistaan dengan
memperturutkan hawa nafsu duniawi.
Kita mengakui bahwa sang maut itu pasti
akan datang menjemput tampa di batasi ruang dan waktu,akan tetapi tiada
persiapan sedikitpun untuk menyambutnya. Berfirman Allah dalam Qs Al
Kahfi-110 "Katakanlah bahwa aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang
di wahyukan kepadaku bahwa tuhan kamu adalah tuhan yang maha Esa,barang siapa
yang mengharapkan perjumpaan dengan tuhanya,maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat pada
tuhanya".
Di tengah gemerlap dunia serta penuh
dengan tanda tanya ini yang cendrung berisikan kenikmatan sesaat, berzikrul
maut (mengingat mati) memang sesuatu yang tidak ringan, bahkan untuk
sekedar ingat sekalipun namun, tidak pula terlalu memberatkan tergantung
niat kita masing-masing. Tapi, sejujurnya, kita harus selalu membiasakan meski setapak
demi setapak, sejengkal demi sejengkal, agar kelak akhir hidup yang baik atau Khusnul
Khatimah akan mengantarkan kita ke tempat yang di janjikan-Nya.
Ali Bin Abi Thalib pernah memberikan
wejangan yang konotasinya dengan hal maut ini Sebaik-baik amal adalah
yang diterima Allah, sebaik-baik bulan adalah di mana engkau bertaubat
dengan taubatan yang murni dan sebaik-baik hari adalah di mana engkau
meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman dan taqwa pada Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar